Rabu, 16 Mei 2018

OUR FIRST PROJECT (Goes To Bukit Merese)


Tahun ini adalah tahun ketiga kami menjadi Mahasiswa, sebelumnya belum ada kegiatan yang mampu membuat kami sebahagia kemarin. Melihat senyum mereka, melihat semangat mereka, melihat mereka bahagia saat menerima pemberian kami membuat kami ikut bahagia.

Hari ini, kegiatan kami adalah membagikan buku bacaan kepada anak-anak penjual gelang di Bukit Merese. Kami membagikannya bukan tanpa alasan, kami membagikannya karna kami merasa kami perlu mengenalkan mereka kepada jendela dunia yang akan mampu mengantarkan mereka ke mimpi-mimpi mereka.


Benar kata orang, bahagia itu sederhana dan yg menciptakan kebahagiaan itu adalah kita bukan orang lain.

Disini, di Bukit merese. Ketika orang-orang hanya datang untuk mengambil foto dan menikmati pemandangan indah, kami punya sisi lain yg tidak pernah orang lain pikirkan sebelumnya. Ya kami datang untuk mereka, untuk anak-anak luar biasa yang perlu kita semangati.



Tinggal jauh dari kota tidak membuat semangat mereka kalah dari anak kota yg setiap hari punya jadwal les privat, makan siang di mall dan makan malam di restaurant. Meski agak tertinggal tapi mereka tidak lupa untuk selalu ceria, mereka tetaplah anak kecil yg polos dan selalu punya rasa ingin tau yang tinggi.



Berprofesi sebagai penjual gelang membuat kami cukup kagum sama anak-anak disini. Mereka bahkan mampu mendapatkan uang diusia yg masih kecil. Kami bahkan malu untuk berjualan, tapi mereka tidak sama sekali. Mereka semangat berjualan dan menawarkannya ke beberapa wisatawan yg datang. Walaupun berjualan gelang, alhamdulillah mereka tetap sekolah, mereka ternyata mementingkan pendidikannya juga.



Kalo ini namanya Indra, dia yang paling kecil dan paling hitss dari yang lain. Melihat anak sekecil ini sudah berjualan rasanya bangga campur sedih juga. Lap ingus aja masih belom bisa ndra, hahaha.


Hari ini kami meminta mereka menuliskan cita-cita mereka diatas kertas. Cita-cita mereka keren-keren, ada yg mau jadi Dokter, Guru, Polisi, Pemadam kebakaran, dan lain-lain.



Aku kadang malu, aku bahkan tak mampu mengucapkan cita-citaku selantang mereka menyebutkan cita-citanya. Semangat mereka memang luar biasa.

Meski beberapa dari mereka belum ada yg terlalu pandai membaca, tapi kemauan mereka perlu diapresiasi. Mereka bahagia menerima buku dari kami, mereka bahagia ketika kami mengajarkan mereka  membaca, mereka bahagia ketika kami menyuruh mereka menuliskan cita cita mereka.



Kegiatan hari ini luar biasa, luar biasa membahagiakan, luar biasa capek juga. Tidak ada kegiatan yg sempurna, walaupun hari ini ada kerikil-kerikil yg mengganggu jalan kita, anggap saja itu semua adalah salah satu takdir Allah untuk membuat kita bisa belajar banyak hal dari situ. Karna kegiatan yg berjalan berantakan akan lebih baik dari yg berjalan sempurna. Dari kegiatan yang berantakan kita akan lebih banyak mengambil pembelajaran bukan kepuasan saja.



Bagi sebagian orang, kegiatan yg kami lakukan ini mungkin terlihat kecil dan tidak penting. Tidak, mereka salah. Kegiatan ini memang kecil, tapi perjuangan kami buat wujutin ini sangat besar.

Perjuangan untuk mengumpulkan dana untuk membeli buku bacaan yg kami bagikan tidak semudah yg mereka pikirkan. Kami sebenarnya bisa saja meminta uang kepada orang tua kami, kepada keluarga ataupun berdiri memegang kotak diperempatan lampu merah.

Tapi aku tau. Teman-temanku kuat, mereka tak segampang itu meminta, dan aku yakin kami mampu mendampatkan dana tanpa harus meminta seperti itu.

Dan, itupun berhasil. Kami mampu mengumpulkan dana untuk membeli buku yg kami dapatkan dari menjual mawar. Alhamdulillah, temen-temen selalu membantu untuk menjualnya, selain itu ada juga yg berusaha membeli walaupun tidak suka, walaupun mawarnya sudah mau layu, mereka tetap membeli.

Terimakasih semua, semoga kita mampu menjadi manusia-manusia yg bisa bermanfaat bagi orang lain, dan tanpa kalian kegiatan ini bukanlah apa-apa.