Rabu, 11 Desember 2019

~~~


Disuatu hari dibulan desember, ditemani suara hujan yg begitu merdu dengan aroma tanah yg menenangkan. Aku menatap atap kamarku. Aku merisaukan beberapa hal yang seharusnya tidak pernah terjadi dalam hidupku.

Aku berusaha agar telihat biasa saja menghadapi semuanya. Jika semuanya telah kita lalui dengan baik untuk apa selalu dirisaukan. Untuk apa dipikirkan setiap waktu, untuk apa selalu menghakimi waktu. Ya ya bener juga gak ada gunanya.

Terkadang untuk menghindari kerisauan dihati, kita sibuk mencari keramaian, mencoba menikmati hari-hari yg penuh warna kemudian menyendiri agar mendapatkan kedamaian, tapi malah kesunyian yang didapat. Sungguh sia-sia. Hidup memang selucu itu.

Dunia ini kadang penuh dengan keluh kesah. Penuh dengan penyesalan. Penuh dengan amarah. Namun ketika kita lelah dengan semua itu. Saatnya kita kembali bangkit. Mulai merajut asa, atau sekedar beranjak dari lubang yang kerap kali membuat kita tergelincir.

Mungkin memang sudah menjadi tabiat manusia. Merayakan pertemuan kemudian meratapi kepergian. Ada beberapa kisah bahkan perjalanan, entah itu persahabatan ataupun percintaan. Tapi terkadang, cinta lah menjadi penyebab utama manusia kehilangan arah. Meletakkan pengharapan terlalu tinggi, dan akhirnya yg muncul hanya penyesalan-penyesalan saja.

Kadang bikin dilema memang. Kita seringkali melampiaskan segala sesuatu pada apa yg disebut cinta. Menganggap cinta adalah segalanya. Menganggap cinta adalah jawaban dari segala kebutuhan. Merasa bahwa cinta dapat memberikan kemeriahan bagi kehidupan yg sunyi sekaligus dapat memberikan kedamaian dari riuhnya dunia.

Kita kadang jadi salah memaknainya. Ketika cinta tak mampu memberikan apa yg kita harapkan, maka kita akan menjadi lebih patah, terbunuh oleh keinginan tak tentu, dan tentu saja kita akan merasa kecewa dengan hal yg sebenernya tak pantas untuk dikecewakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar