Kamis, 28 Maret 2019

Untuk Seseorang yg Masih Menjadi "RahasiaNya"


Hei. 

Mungkin saat ini kita sedang menatap arah yg sama. Memiliki tujuan yg sama. Namun jalannya yg berbeda.

Oh iya. Masih banyak jalan menuju roma.

Maka dari itu. Kau tak perlu mengkhawatirkan kapan kita akan bertemu. Ķarna, jika kita memang ditakdirkan untuk bersama. Kita pasti akan dipertemukan dimuara yang sama.

Tidak lebih awal. Tidak terlambat. Tapi akan tepat pada waktunya.

Selasa, 26 Maret 2019

Teman Hidup


Tuhan memberiku hati, agar ketika tua nanti aku tidak melewati masa masa sulit sendiri.

Aku bisa melakukan segala hal dengan baik meski tanpa seseorang yang mendampingi. Aku bisa berdiri, meski tanpa ada satupun yg menjadi penguat langkah kaki. Namun kehidupan berubah terlalu cepat. Belakangan ini, aku menyadari itu berkali kali.

Senyaman-nyamannya manusia hidup sendiri, jauh didalam hatinya pasti ada ruang kosong yg menunggu digenapi. Sendiri menjadikanku bebas, tapi berdua menjadikanku tenang. Sendiri memberiku rasa nyaman tapi berdua memberikanku rasa aman.

Kelak, ketika aku tua dan tidak bisa membedakan antara huruf dan angka., kuharap kau akan jadi penerang didalam mata yg tak akan redup hingga mataku tertutup. Saat tubuhku mulai rentan kuharap kau mampu membuatku percaya bahwa cinta tak akan pernah merapuh seiring tulang-tulang yg telah rapuh.


Childhood Memories


Dulu, ketika masih kecil aku ingin cepat-cepat menjadi dewasa. Kelihatannya asik. Melakukan hal-hal besar, kemudian melihat orang-orang memuji dan bertepuk tangan.

Tapi setelah dewasa. Aku mengerti, aku paham. Tidak ada satupun orang dewasa, sebaik apapun dia, yang memiliki hati sejernih dan sejujur anak kecil. Kemarahan-kemarahan begitu mudah menyulut benci. Pencapaian-pencapaian kecil tak sulit membuat seseorang tinggi hati. Kebahagiaan diukur dengan materi, juga seberapa banyak seseorang mengakui kehebatan orang lain.

Kebahagiaan tak lagi sesederhana bermain petak umpet diujung gang.

Kemudian, aku rindu menjadi anak nakal yg duduk gusar diatas sejuknya lantai mushola. Membaca kitab suci, sesuatu yg sudah lama tak kulihat lagi rupanya.

Aku sudah berlari sangat jauh untuk mencari sesuatu yg sebenarnya sudah kumiliki. Betapa waktu mampu mengubah bayak hal😌





Sabtu, 23 Maret 2019

The Power of "Ikhlas"


Aku sering gagal  dalam beberapa hal, termasuk dalam mengeyahkan perasaan. Tapi aku merasa hidupku membaik sebulan belakangan. Meski aku belum kaya dan (tentu saja) masih sendiri.

Dalam sebuah perjalanan singkat yg membawaku pulang dengan selamat, aku belajar.

Hidup tidak melulu tentang kesenangan. Selalu ada hal-hal yg menyedihkan, perjuangan bahkan luka yg dialami orang lain. Tapi mereka selalu bersyukur dan tersenyum.

Hidup tidak melulu soal uang. Tapi kita tetap membutuhkan uang untuk melanjutkan hidup. Carilah uang dengan cara apapun asalkan halal. Jangan malu, jangan gengsi apapun pekerjaanmu. Karna kamu tidak akan tau siapa saja yg merasa tertolong bahkan terhibur dengan apa yg telah kamu lakukan.

Pada akhirnya, tolak ukur keberhasilan seseorang tidak dilihat dari apa yang kamu miliki. Sebesar apa rumahmu, berapa mobilmu, berapa motormu, berapa tanahmu, dan sepopuler apa kamu dimata orang lain. Tapi kamu dikatakan berhasil ketika kamu ikhlas menjalani hidup ini. Benar-benar ikhlas tanpa perlu membandingkan hidupmu dengan orang lain.

Berterimakasihlah pada Tuhan, atas kecukupan dan waktu yg diberikan, dan atas dipertemukannya kamu dengan orang-orang yg baik dan tulus😊

Sabtu, 09 Maret 2019

About My First Poetry


Aku suka berada diantara buku-buku. Aku merasa mereka adalah dirimu yg kutemui 8 tahun lalu.

Kau serupa mimpi-mimpi yang gagal jadi kekasih, atau kekasih tak sejati yg hanya tinggal dalam hati.

Delapan tahun yg lalu tanpa sadar aku mulai menulis puisi pertamaku, dibuku harian warna biru yang sekarang tersimpan dilemari berdebu.

Puisi itu singkat saja, sudah kuhafal mati diluar kepala. Terlalu mudah dilekatkan tapi sungguh sulit dilupakan.

Coba bacalah sekali saja, kau akan dapati dirimu utuh disana---

Sabtu, 02 Maret 2019

The Talkative Introvert



Sebenernya aku gk terlalu paham introvert itu apa. Tapi, setelah kubaca-baca ternyata sikapku cenderung ke introvert. Aku takut.

Beberapa artikel yg kubaca, introvert itu buruk. Tapi gk buruk buruk amat sih. Dalam dunia kerja katanya memiliki sikap yg introvert cenderung akan mempersulit kita. Entahlah.

Tapi, ketika aku sudah berada ditempat yg membuatku nyaman, aku sering menjadi cerewet, banyak omong dan terlihat ceria. Padahal, itu sebenernya bukanlah diriku yg seutuhnya.

Sejak SD, sikap introvert ku mulai kurasakan. Mulai dari pemilih terhadap teman, tidak berani menatap mata seseorang ketika berbicara, bahkan gugup ketika berada didepan banyak orang.

Saat SMP, semuanya hampir memburuk. Akademik ku sejak SD alhamdulillah selalu memuaskan orang tua serta keluargaku. Tapi disisi lain, aku sangat sulit mendapat teman.

Saat SMP kerjaanku hanya dikelas, ngobrol bersama diary biruku yg kini masih tersimpan dilemari berdebu.

Sering kali kucoba untuk lebih dekat bersama teman-temanku, tapi nyatanya sulit. Aku lebih menyukai kesendirian. Membaca disudut kamar membuatku lebih nyaman ketimbang bermain bersama teman-teman.

Tapi, tulisan ini tak ingin kuteruskan. Menjadi introvert itu menyakitkan, dan aku tidak mau. Aku selalu mencoba untuk keluar dari zona nyaman ini, tapi nyatanya sulit.

Baiklah, suatu saat akan kulanjutkan cerita ini, sedikit demi sedikit akan kucicil dan semoga suatu saat aku bisa jadi lebih baik.